Babi Hutan

Klasifikasi dan Morfologi Babi Hutan

Babi hutan (Sus scrofa) atau celeng (Bahasa Jawa) merupakan mamalia sejenis hewan ungulata (mamalia yang menggunakan ujung kuku untuk menahan tubuh saat bergerak) berhidung lemper dan bermoncong panjang. Konon, asal usul babi berasal dari Eurasia (gabungan benua Eropa dan Asia).

Babi adalah hewan pemakan daging dan tumbuhan atau omnivora. Babi dilaporkan lebih cerdas daripada anjing dan kucing. Karena itu babi termasuk mamalia yang paling cerdas dan mudah dipelihara.

Pada abad ke-17, hewan ini dikabarkan sempat punah di Britania Raya, namun populasinya telah kembali di beberapa tempat trutama di Weald, akibat terlepas dari peternakan.

Babi hutan (Foto : cnnindonesia.com)

Babi, Hewan Penting dalam Penelitian Medis

Babi adalah hewan omnivora (pemakan segala) seperti manusia, ukuran dan fungsi jantung, ginjal dan pankreas babi mirip manusia. Meskipun sistemnya berbeda, secara anatomi dan fungsi (fisiologi) mirip hingga 90 persen dengan manusia.

Karena kemiripan tersebut banyak penelitian medis menggunakan babi. Sebelum ditemukan insulin sintetis, hingga tahun 1980-an insulin dibuat dengan bantuan babi.

Dilaporkan ilmuwan telah berhasil menggunakan kelep jantung babi untuk manusia dan bertahan hingga 15 tahun. Implan otot kaki manusia juga telah berhasil dibuat dari jaringan kandung kemih babi.

Kabar terkini, ilmuwan berhasil melakukan implan jantung babi yang telah direkayasa genetika pada primata. Babi sering digunakan untuk ujicoba alat-alat kedokteran maupun obat-obatan baru sebelum digunakan pada manusia.

Sebelum masuknya agama Islam di Nusantara, babi merupakan hewan ternak yang umum dikonsumsi. Selain agama Islam, babi juga diharamkan oleh agama Kristen (gereja masehi advent hari ketujuh) dan agama yahudi.

Beberapa suku bangsa yang hingga kini masih mengkonsumsi babi sebagai makanan antara lain, Suku Manado, Suku Toraja, Suku Bali, Suku Papua, Batak, Suku Dayak dan lain sebagainya.

Deskripsi, Morfologi dan Ciri-ciri Babi hutan

Babi merupakan mamalia berukuran besar. Berat tubuh babi jantan dewasa dapat mencapai 400 pound atau sekitar 200 kg dan panjang tubuhnya dapat mencapai 1,8 meter.

Babi hutan (celeng) di Indonesia panjang tubuhnya hingga 1,5 meter, panjang telinga antara 20 sampai 30 cm, tinggi bahu antara 60 sampai 75 cm.

Upa spesies (anak jenis) S.s. vittatus didapati di Semenanjung Malaya, Sumatra dan Jawa; kemungkinan pula di Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, hingga Pulau Komodo. Anak jenis ini dibedakan dari subspesies lainnya karena memiliki tulang hidung (nasal) yang relatif lebih pendek, yakni 45-48% panjang tengkorak (48-51% pada anak jenis lainnya).

Secara morfologi, hewan omnivora ini mempunyai rambut/bulu berwarna hitam atau hitam kemerah-merahan. Dikedua sudut mulutnya memiliki rambut yang lebih tebal, ekornya kecil, pendek dan tidak berambut.

Babi hutan betina bagian dadanya memilki lima pasang kelenjar susu. Babi hutan yang baru lahir, kulit tubuhnya berwarna coklat gelap atau kehitaman dengan garis putih yang memanjang secara longitudinal di sepanjang tubuhnya.

Gigi taring pada babi hutan tidak memiliki akar gigi dan tumbuh besar pada individu jantan. Pada gigi taring atas dan bawah dapat tumbuh melengkung keluar dan dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap predator maupun hewan lainnya.

Babi hutan memiliki penciuman yang sangat tajam namun penglihatannya kurang baik. Saat melakukan aktifitas dan mencari makanan, hewan ini mengeluarkan suara geraman yang dapat terdengar pada jarak tertentu.

Kebiasaan dan Karakteristik Babi Hutan

Babi dapat menjadi agresif apabila tersudut atau terkejut, terutama babi betina dewasa yang sedang menjaga anak-anaknya. Babi akan menyerang dan mempertahankan diri menggunakan taringnya apabila merasa terancam atau diserang.

Di Jawa, babi celeng diketahui kawin silang dengan babi bagong (S. verrucosus). Di tempat lain kemungkinan dengan babi berjenggot (S. barbatus) dan babi sulawesi (S. celebensis).

Babi hutan suka berkubang di dalam lumpur untuk mendinginkan suhu tubuhnya atau menghindari gangguan serangga. Babi hutan bisa menjadi hewan nokturnal (aktif pada malam hari) apabila terdapat banyak gangguan dan ancaman.

Habitat dan Persebaran Babi Hutan

Babi hutan dapat hidup hampir diseluruh tipe hutan. Namun yang paling disukai adalah hutan yang rapat dengan tekstur tanah basah. Atau hutan yang terdapat rawa-rawa. Babi hutan juga banyak ditemukan di semak belukar di area perkebunan atau area dekat lahan pertanian.

Daerah penyebarannya antara lain di hutan-hutan di Eropa Tengah, Mediterania (termasuk pegunungan Atlas di Afrika Tengah), sebagian besar Asia termasuk Indonesia.

Di Indonesia sendiri babi hutan dapat ditemukan hampir diseluruh wilayah. Hewan mamalia ini termasuk familia Suidae yang mencakup warthog dan bushpig di Afrika, babi kerdil di utara India dan babirusa di Indonesia.

Makanan Babi Hutan

Babi hutan adalah hewan pemakan segala (omnivora), yaitu invertebarat, ular, tikus, jamur, cacing tanah, bangkai bintang, akar atau umbi-umbian, dan berbagai jenis buah seperti nanas, padi atau jagung.

Dalam mencari makanan, babi hutan akan mengendus dan menggaruk tanah menggunakan kaki dan taringnya. Babi hutan mencari makanan pada pagi atau sore hingga malam hari. Atau ketika tanah dalam kondisi basah selepas hujan.

Spesies Babi

Babi liar dianggap sebagai hama dan musuh petani karena hewan ini sering merusak tanaman. Di dunia terdapat beberapa spesies babi yang tersebar di berbagai wilayah.

Spesies babi tersebut antara lain; Sus barbatus, Sus bucculentus, Sus cebifrons, Sus celebensis, Sus domestika, Sus falconeri, Sus hysudricus, Sus oliveri, Sus philippennsis, Sus scrofa, Sus strozzi, Sus verrucosus.

Beberapa spesies babi tersebut terdapat di Indonesia, yaitu Sus barbatus, Sus celebensis dan Sus verrucosus.

1). Babi berjenggot (Sus barbatus) atau Bearded pig, tersebar di semenanjung Malaya, Kalimantan, Kepulauan Sulu dan Sumatera.
2). Babi sulawesi (Sus celebensis), endemik di Pulau Sulawesi

3). Babi kutil (Sus verrucosus), nama lain; babi jawa, babi bagong atau javan warty pig. Tersebar di Pulau Jawa, Madura dan Bawean.

Klasifikasi Babi Hutan

Klasifikasi Ilmiah Babi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Grandordo : Ungulata
Ordo : Artiodactyla
Famili : Suidae
Genus : Sus
Spesies : S. Scrofa
Nama binomial : Sus scrofa