Cacing Tanah

Klasifikasi dan Morfologi Cacing Tanah

Cacing tanah adalah nama umum untuk anggota terbesar dari Oligochaeta  dalam filum Annelida. Tubuhnya berbentuk tabung dan tersegmentasi. Cacing ini umumnya ditemukan di tanah lembab atau agak basah.

Cacing tanah merupakan hewan pengurai dengan memakan bahan organik hidup maupun mati. Hewan invertebrata (tidak bertulang belakang) ini hidup didalam tanah. Tubuhnya tersusun atas segmen-segmen yang berbentuk annulus (cincin).

Cacing tanah (Foto; makasar,tribunnews.com)

Morfologi dan Ciri Fisik Cacing Tanah

Cacing tanah memiliki bentuk tubuh silindris hingga pipih. Kulit tubuhnya berwarna merah kecoklatan. Cacing tanah jenis Lumbricus tubuhnya berbentuk pipih. Memiliki jumlah segmen sekitar 90 sampai 195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya cacing tanah jenis ini kalah bersaing dengan jenis lainnya sehingga tubuhnya kecil. Namun apabila diternakkan ukuran tubuhnya bisa sama atau melebihi jenis lain.

Cacing tanah jenis Pheretima tubuhnya berbentuk silindris panjang dan berwarna merah keunguan. Jumlah segmen antara 95 sampai 150. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Yang termasuk cacing tanah jenis ini antara lain ; cacing kalung, cacing merah dan cacing koot.

Segmen-segmen pada tubuh cacing tanah berbentuk cincin (annulus). Setiap segmen memiliki beberapa pasang seta, yaitu struktur berbentuk rambut yang berguna untuk bergerak dan untuk memegang subtrat.

Peran dan Manfaat Cacing Tanah

Cacing tanah memiliki peran yang sangat penting sebagai penyeimbang keberlangsungan ekosistem yang sehat, baik untuk biota tanah, hewan maupun untuk manusia. Cacing tanah berevolusi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Dalam dunia pertanian, hewan tanah ini bermanfaat untuk menyuburkan tanah dan sebagai pakan hewan ternak.

Dalam dunia kesehatan, cacing tanah berpotensi untuk digunakan sebagai obat berbagai penyakit, seperti penyumbatan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, stroke dan obat diare.

Persebaran Cacing Tanah

Cacing tanah terdapat diseluruh penjuru dunia yang terdiri dari sekitar 1.800 spesies. Beberapa spesies diantaranya terdapat di Indonesia.

Cacing tanah yang terdapat di Indonesia antara lain dari famili Enchytraeidae, Glassocolicidae, Lumbricidae, Moniligastridae, Megascolicidae.

Genus yang pernah ditemukan di Indonesia antara lain Enchytraeus, Fridericia, Drawida, Dichogaster, Eudichaster, Pontoscolex, Pheretima, Megascolex, Perionyx dan Allolobophora.

Habitat Cacing Tanah

Cacing tanah dapat ditemukan pada tanah lahan kering masam sampai alkali yang memiliki kecukupan air. Jenis-jenis cacing tanah asli biasanya hidup pada tanah yang bertekstur halus, liat, liat berdebu atau lempung berdebu.

Cacing tanah dapat hidup pada pH 4,5 sampai 6,5, akan tetapi jika kandungan bahan organik tanah tinggi, cacing juga mampu hidup dan berkembang pada pH 3.

Pada musim kemarau, cacing tanah biasanya berpindah ke tanah-tanah atau tempat-tempat yang lembab atau basah, seperti dibawah pohon pisang, tumpukan sampah atau dedaunan, tepi parit, dan daerah dekat sumber air.

Spesies cacing tanah Megacolex sp., Peryonix sp., dan Drawida sp. diketahui hidup dan berkembang pada tumpukan sampah organik pasar (Sudarmi, 1999). Ukuran panjang cacing tanah spesies ini bervariasi, antara beberapa mili meter hingga 15 cm atau lebih.

Makanan Cacing Tanah

Cacing tanah umumnya memakan bahan-bahan organik yang ada di dalam tanah, serasah daun, sampah organik, dan materi tumbuhan yang telah mati.

Kemampuan cacing tanah dalam mengkonsumsi sampah tergantung pada ketersediaan jenis sampah yang disukainya dan kandungan karbon serta nitrogen pada sampah.

Reproduksi Cacing Tanah

Cacing tanah adalah hewan hermafrodit (hewan dengan alat kelamin ganda), setiap ekor cacing tanah memiliki alat kelamin jantan dan betina.

Namun mereka tidak bisa membuahi diri sendiri, mereka harus melakukan perkawinan dengan individu lain untuk bereproduksi. Cacing tanah dewasa melakukan perkawinan kira-kira setiap 10 hari sekali.

Dalam satu kali perkawinan, cacing tanah akan menghasilkan satu sampai dua kepompong. Satu kepompong dapat menampung hingga 10 butir telur.

Telur cacing tanah akan menetas dalam waktu 21 hari (cuaca hangat), dan bisa mencapai 90 hari apabila cuaca dingin. Cacing tanah aktif bereproduksi pada kondisi lembab dan hangat.

Ketika telur akan menetas, kepompong berubah warna menjadi kemerahan. Anak cacing tanah baru menetas berukuran sekitar 1,2 cm dan tidak memiliki organ reproduksi.

Cacing tanah mulai matang secara seksual saat klitelum terbentuk sempurna, yaitu ketika usianya 10 – 55 minggu. Setelah melewati fase ini pertumbuhan berat tubuh cacing tanah akan melambat. Cacing tanah dapat hidup hingga 5 tahun, bahkan lebih.

Klasifikasi Cacing Tanah

Klasifikasi Ilmiah Cacing Tanah
Kingdom : Animalia
Filum : Annelida
Kelas : Oligochaeta
Ordo : Megadrilacea
Famili : Acanthodrilidae
: Ailoscolecidae
: Almidae
: Benhamiinae
: Criorilidae
: Diplocardinae
: Eudrilidae
: Exxidae
: Glossoscolecidae
: Hormogastridae
: Kynotidae
: Lumbricidae
: Lutodrilidae
: Megascolecidae
: Microhaetidae
: Moniligastridae
: Ocnerodrilidae
: Octochaetidae
: Octochaetinae
: Sparganophilidae
: Tumakidae